Powered By Blogger

Selasa, Juli 22, 2008

Research Grant

RESEACH GRANT PROGRAM HIBAH KOMPETISI A-2 IMPLEMENTASI IMPROVING LEARNING SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN KREAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Drs. Sumardi, M.Si JURUSAN PENDIDIKANATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2007 HALAMAN IDENTITAS DAN PEGESAHAN USULAN RESEACH GRANT PHK – A2 1 Judul Iplementasi Improving Learning Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika 2 Ketua Peneliti a.Nama b.Jenis Kelamin c.Pangkat/Golongan d.Mata Kuliah e.Fak/Jur f.Universitas Drs. Sumardi M.Si / 131283257 Laki-lai Pembina/IV b Matematika Dasar KIP/PMatematika Muhammadiyah Surakarta 3 Angota Peneliti Dra. N. Setyaningsih, M.Si Agus Budi Hartono, S.Pd H. Pardiman Warid Hema Nur Farida Multi Yulia Sari Yunia Rahmawati Nina Ariesta Priono 4 Lokasi Penelitian SMP Muhamadiyah Surakarta 5 Lama Penelitian 6 bulan 6 Biaya yang diperlukan a.Sumber dari PHK b.Sumber lain - Surakarta,28 November 2007 Mengetahui, Dekan FKIP Ketua Peneliti Drs .Sofyan Anief,M.Si Drs. Sumardi,M.Si Ketua PHK Jur Pend Matematika Drs. Idris Harta, P.Hd DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN........................................ ii DAFTAR ISI................................................................................................ iii A. Judul Penelitian..................................................................... 1 B. Bidang Ilmu.......................................................................... 1 C. Latar belakang Masalah........................................................ 1 D. Identifikasi Masalah.............................................................. 6 E. Pembatasan Masalah............................................................ 7 F. Perumusan Masalah.............................................................. 7 G Tujuan penelitian.................................................................... 7 H. Manfaat penelitian.................................................................. 8 I. Tinjauan pustaka.................................................. 9 a. Kajian teori........................................................................... 12 b. Kerangka Berfikir................................................................. 21 c. Hipotesis Tindakan............................................................... 22 J. Metode Penelitian................................................................. 22 a. Jenis Penelitian...................................................................... 23 b. Tempat Dan Waktu Penelitian............................................... 23 c. Subjek Penelitian.................................................................. 24 d. Prosedur Penelitian............................................................... 25 e. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 30 f. Instrumen Penelitian.............................................................. 32 K Teknik Analisis Data............................................................. 34 L Hasil Penelitian dan Pembahasan........................................... 35 a. Profil tempat penelitian......................................................... 35 b Diskripsi data penelitian......................................................... 36 c. Pembahasan......................................................................... 56 M Biaya Penelitian.................................................................... 57 N Personalia Peneliti................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 60 A. Judul Penelitian Implementasi Improving Learning Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika B. Bidang Ilmu Pendidikan Matematika C. Latar Belakang Empat pilar pendidikan yaitu, learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to live together perlu diterapkan pada setiap lembaga pendidikan. Learning to do diartikan bahwa siswa akan terus belajar bagaimana memperbaiki dan menumbuh kembangkan kerja, juga bagaimana mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya. Learning to know bukan hanya diartikan sebatas mengetahui dan memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya tetapi juga kemampuan memahami makna dibalik materi ajar yang diterima. Learning to be merupakan kemampuan siswa dalam menggali dan menentukan nilai kehidupanya sendiri dalam hidup bermsyarakat sebagai hasil belajarnya. Sedangkan learning to live together akan menentukan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi educated person yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat maupun bagi seluruh umat manusia sebagai amalan agamanya. Penerapan empat pilar pendidikan tersebut dimaksudkan untuk memberdayakan siswa menjadi sumber daya berkualitas. Siswa diberdayakan agar mampu berbuat (learning to do) dan mampu membangun pemahaman pengetahuannya terhadap lingkungan (learning to know). Interaksi dengan lingkungan yang telah terwujud diharapkan dapat membangun kepercayaan diri siswa (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan lingkungan (learning to live together) akan menjadikan siswa mampu memahami kemajemukan serta dapat menumbuhkan sikap toleransi terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Dengan diberlakukanya Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah baru-baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolenya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Untuk menunbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar.Sikap anak didk yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk metematika. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran metematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut : 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas. Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah. Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai suatu tujuan pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Pendekatan ini merupakan peran yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang diinginkan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut yang berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan Improving Learning. Hakikat Improving Learning adalah pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa berperan aktif dalam proses tersebut. Adapun solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan berbagai macam metode, antara lain Inquiry, diskusi kelompok, tanya jawab, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan drill. Menurut Sund (dalam Suryo Sobroto, 1997 : 193) Inquiry atau penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip proses mental tersebut misalnya : mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana (2005:78), metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Menurut Hasibuhan dan Moejiono (2006;20) diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah sebagai pelengkap dari suatu pelajaran yang disusun oleh guru dan berfungsi mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) siswa dilatih mandiri, berarti mengungkapkan isi hatinya serta belajar mengembangkan logika. Metode Drill juga disebut metode latihan. Metode Drill dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar yang mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan dan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah N.K,2001:125) Tanggung jawab guru sangat penting dalam membantu siswa memahami pokok bahasan dengan pemilihan model yang sesuai sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Improving Learning banyak siswa akhirnya menemukan banyak hal menarik yang kita temukan dalam mempelajari matematika, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Implementasi Improving Learning Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika. D.Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan yang diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Keberhasilan pembelajaran matematika tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru serta tercapainya tujuan pembelajaran melainkan keaktifan siswa juga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. 2. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar masih belum nampak. Contoh siswa kurang berani mengajukan pertanyaan jika ada suatu hal yang belum jelas, siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa kurang aktif dalam mengerjakan latihan-latihan soal sendiri dan kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal-soal didepan kelas. 3. Hasil belajar matematika masih rendah E. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut : 1. Rancangan pembelajaran matematika yang akan diterapkan dengan pendekatan Improving Learning dengan menggunakan metode inquiry, diskusi kelompok, tanya jawab, LKS dan drill. 2. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dikhususkan pada keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan serta keaktifan siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan. F. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka permasalahan umum yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan : 1. Apakah dengan implementasi improving learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika ? 2. Apakah dengan implementasi improving learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika? G. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis dan menguji peningkatan keaktifan siswa melalui Improving Learning. 2. Menganalisis dan menguji peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan Improving Learning. H. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini peneliti berharap semoga hasil penelitian dapat memberikan manfaat konseptual utamanya kepada pembelajaran matematika. Disamping itu juga kepada penelitian dalam hal peningkatan mutu ,proses dan hasil pembelajaran matematika SMP. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui menerapkan Improving Learning. b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan Improving Learning. c. Bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui Improving Learning. b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru kelas VII tentang suatu alternatif pembelajaran matematika dalam student centered untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa dengan Improving Learning. c. Bagi siswa terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar matematika secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya. I. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai strategi pembelajaran lebih cenderung merupakan penelitian aspek psikologi dari suatu sistem atau struktur. Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian kualitas pembelajaran matematika tersebut,diantaraya adalah : Euis Eti Rohaeti (2004) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa (1) Pemahaman matematik siswa yamg pembelajarannya menggunakan metode Improve lebih baik dari pada yang menggunakan cara biasa, (2) Kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Improve lebih baik dari pada yang menggunakan cara biasa, (3) Terdapat kaitan (asosiasi) yang cukup antara pemahaman matematik dan kemampuan komunikasi matematik kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol data tidak mendukung adanya kaitan (asosiasi) antara pemahaman matematik dan kemampuan komunikasi matematik, Siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan metode Improve lebih aktif dari pada yang yang menggunakan cara biasa, (4) Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode Improve secara keseluruhan positif. Sularmi (2006) dalam tesisnya beliau menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA serta adanya pengaruh interaksi antara metode (inquiry-discovery dan konvensional) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA. Penelitian yang dilakukan oleh Dra. Prayekti M.Pd (2006) yang diambil dari jurnal pendidikan menyimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran IPA di SD dengan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dan keaktivan siswa. Wahyu Widyastuti (2003:48) dalam penelitiannya yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Melalui Tanya Jawab Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras ditinjau Dari Aktifitas Belajar. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah aktifitas belajar tinggi mempunyai dampak yang lebih besar dibanding aktifitas belajar sedang maupun rendah pada prestasi belajar matematika pada pokok bahasan teorema Phytagoras siswa kelas II SLTP Muhammadiyah 7 Surakarta tahun ajaran 2003/2004. Erni Tri Wulandari (2005) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik (RME) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa antara lain keaktifan bertanya, keaktifan mengemukakan ide, keaktifan mengerjakan soal di depan kelas. Dari penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dari setiap penelitian yaitu antara lain : Euis Eti Rohaeti menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Improve lebih baik dari pada yang menggunakan cara biasa, Sularmi menyatakan bahwa metode inquiry berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPA, Dra. Prayekti M.Pd menyimpulkan bahwa dengan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dan keaktivan siswa, hasil penelitian Wahyu Widiastuti adalah aktifitas belajar tinggi mempunyai dampak yang lebih besar dibanding aktifitas belajar sedang maupun rendah pada prestasi belajar matemática, sedangkan yang terakhir adalah penelitian dari Erni Tri Wulandari menyimpulkan bahwa pembelajaran RME dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Dengan demikian penelitian diatas mendukung penelitian yang akan dilakukan Pada penelitian ini menekankan penerapan Improving Learning dengan menggunakan teknik Inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. No Variabel Peneliti inquiry diskusi kelompok Tanya jawab RME Improving learning Keaktivan Motivasi belajar Prestasi belajar Pembelajaran matematika 1 Euis Eti Rohaeti V V 2 Sularmi V V V 3 Dra.Prayekti M.Pd V V 4 Wahyu W. V V V V 5 Erni Tri W. V V V 6 Peneliti V V V V V V V a. Kajian Teori Pembelajaran a. Pengertian pembelajaran Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agarpelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan (Abdul ajid :103) Oleh Nana Sujana (2000: 29), mengajar diartikan sebagai proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Dengan konsep ini tersirat bahwa peran seorang guru adalah pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Sedangkan menurut Sardiman (1986: 18), interaksi belajar mengajar adalah proses interaksi yang disengaja, sadar tujuan, yaitu untuk mengantarkan anak didik ke tingkat kedewasaannya. Menurut Syamsudin (2002: 156), proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Guru dapat dikatakan berhasil dalam mengajar, jika perubahan yang diharapkan benar-benar terwujud pada perilaku dan pribadi siswanya. Sedangkan siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar, jika ia telah mengalami perubahan-perubahan setelah mengalami proses belajar pada perilaku dan pribadinya seperti yang diharapkan gurunya sendiri. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yaitu pengertian mengajar, proses belajar mengajarr, interaksi belajar mengajar, maka terdapat istilah yang relevan sesuai dengan perkembangan pendidikan sekarang yaitu proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Uzer Usman, 2005: 1). Pendekatan Improving Learning Pendekatan secara umum memiliki arti yang sangat kompleks. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pegertian pendekatan, diantaranya yaitu : a. Pendekatan belajar mengajar dapat merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar. b. Pendekatan dalam belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses menjalani untuk memperoleh pemahaman (Tabrani Rusyan, 1994 : 1). Basis pendekatan yang telah diubah terhadap pengajaran dan pembelajaran adalah bahwa pemikir dunia pendidikan dalam perempat abad 20 yang terakhir memusatkan perhatiannya agar para siswa dapat belajar dengan berhasil dalam konteks pembelajaran yang baru. Teori belajar Improve memandang anak sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Guru yang dipandang sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sebaiknya mengetahui tingkat kesiapan anak untuk menerima pelajaran, termasuk memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, guru seharusnya mengetahui hakikat matematika itu sendiri, hakikat anak dan cara mengajarkan matematika menurut teori yang diterapkan. Menurut teori belajar Improve, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru (Hamzah, 2001 : 6). Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Improve ini digunakan bebrapa teknik, diantaranya teknik Inquiry, tanya jawab, diskusi kelompok, LKS dan drill. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran a. Pengertian Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani, 2004: 6). Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Hamzah, 2001 : 6), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi, (4) interaksi sosial dari kerjasama harus diberi peranan penting dalam kelas. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan sebuah miniator dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. b. Hubungan Aktivitas dan Prestasi Belajar Dalam proses belajar yang sedang berlangsung di kelas melibatkan siswa dan menuntut siswa untuk melakukan aktiviatas belajar. Para siswa dituntut untuk mendengar, memperhatikan, dan mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa juga harus aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas. Siswa harus lebih kritis, kreatif lebih perhatian dalam menerima pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya guru juga harus memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan juga harus dapat menciptakan suasana belajar dalam kelas yang menimbulkan aktivitas siswa sehingga akan tercipta prose belajar mengajar yang baik dan akan menyebabkan interaksi di dalam kelas yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi didiknya. Aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar siswa, karena di dalam proses kegiatan belajar mengajar tanpada adanya suatu keaktifan siswa, maka belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Siswa yang aktif dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik dibandingkan siswa yang kurang aktif di dalam belajar. Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar karena segala sesuatu tidak akan tercapai secara maksimal bila setiap individu tidak aktif dalam melaksanakan suatu kegiatan. c. Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Bentuk-bentuk sisitem persamaan linear dua variabel 1). Perbedaan PLDV dan SPLDV a). Persamaan linear dua variabel (PLDV) Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan pangkat masing-masing variabelnya satu. Jika duav variabel tersebut x dan y, maka PLDV-nya dapat dituliskan: ax + by = c dengan a, b ≠ 0 Contoh : 1). 2x + 2y = 3 2). Y = 2x -1 b). Sistem Persamaan linear dua variabel (SLDV) SPLDV adalah suatu system persamaan yang terdiri atas dua persamaan linear (PLDV) dan setiap persamaan mempunyai dua variabel.Bentuk umum SPLDV adalah: ax + by = c px + qy = r ; dengan a, b, p, q ≠ 0 Contoh : 1). 3x + 2y = 7 dan x = 3y + 4 2). 3). x – y = 3 dan x + y = -5 atau dapat ditulis 2). Menyatakan suatu variabel dengan variabel lain pada persamaan linear Contoh : Diketahui persamaan x + y = 5, jika variabel x dinyatakan dealam variabel y menjadi : x + y = 5 Û x = 5 – y 3). Mengenal Variabel dan Koefisien pada SPLDV Contoh : Diketahui SPLDV : 2x + 4y = 12 dan 3x – y = 5 Ø Variabel SPLDV adalah x dan y Ø Konstanta SPLDV adalah 12 dan -5 Ø Koefisien x dari SPLDV adalah 2 dan 3 Ø Koefisien y dari SPLDV adalah 4 adan -1 4). Akar dan Bukan akar SPLDV Dalam sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) terdapat pengganti-pengganti dari variabel sehingga kedua persamaan menjadi benar. Pengganti-pengganti variabel yang demikian disebut penyelesaian atau akar dari sistem persamaan linear dua variabel. Apabila pasangan pengganti menyebabkan salah satu atau kedua persamaan menjadi kalimat tidak benar disebut bukan penyelesaian atau bukan akar dari SPLDV tersebut. Contoh : Diketahui SPLDV : 2x – y = 3 dan x + y = 3 Tuunjukkan bahwa x = 2 dan y = 1 merupakan akar dari SPLDV tersebut . Jawab : Ø 2x – y = 3 Jika x = 2 dan y = 1 disubstitusikan pada persamaan diperoleh 2x - y = 3 Û 2(2) – 1 = 3 Û 3 = 3 (benar) Ø x + y = 3 jika x = 2 dan y = 1 disubstitusikan pada persamaan diperoleh x + y = 3 Û 2 + 1 = 3 Û 3 = 3 (benar) Jadi, x = 2 dan y = 1 merupakan akar dari SPLDV 2x – y = 3 dan x + y = 3 Penyelesaian SPLDV Untuk menentukan penyelesaian atau kar dari SPLDV dapat ditentukan dengan 3 cara, yaitu metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi. 1).Metode grafik Prinsip dari metode grafik yaitu mencari koordinat titik potong grafik dari kedua persamaan. Dari contoh diatas apabila dikerjakan dengan metode grafik sebagai berikut. x + y = 4x + y = 4 x 0 44 y 4 30 (x,y) (0,4) x – 2y = -2(4,0) (2,2) 2x – 2y = - 2 x 0 1-2 y 1 0 (x,y) (0,1) 4 3(-2,0) 2 1 -1 -2 Dari grafik terlihat kedua grafik berpotongan di (2,2). Koordinat titik potong (2,2)merupakan penyelesaiannya Jadi, penyelesaiannya x = 2 dan y = 2 2). Metode substitusi Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan atau mengganti salah satu variabel dengan variabel dari persamaan kedua. Contoh : Tentukan penyelesaian dari SPLDV : x + y = 4 dan x – 2y = -2 dengan metode substitusi! Jawab : Ø x + y = 4 Þ x = 4 – y Ø x = 4 – y disubstitusikan pada x – 2y = - 2 akan diperoleh : x – 2y = - 2 Û (4 – y ) – 2y = - 2 Û 4 – 3y = - 2 Û -3y = -6 Û y = = 2 Ø selanjutnya untuk y =2 disubstitusikan pada salah satu persamaan, misalnya ke persamaan x + y = 4, maka diperoleh : x + y = 4 Û x + 2 = 4 Û x = 4 – 2 = 2 Jadi, penyelesaianya adalah x = 2 dan y = 2 3). Metode eliminasi Caranya sebagai berikut : a. Menyamakan salah satu koefisien dan pasangan suku dua persamaan bilangan yang sesuai. b. Jika tanda pasanganan suku sama, kedua persamaan di kurangkan. c. Jika tanda pasangan suku berbeda, kedua suku persamaan ditambahkan Contoh : Tentukan penyelesaian dari SPLDV : x + y = 4 dan x – 2y = -2 dengan metode eliminasi! Jawab : Ø Mengeliminir peubah x x + y = 4 x – 2y = - 2 3y = 6 y = 2 Ø Mengeliminir peubah y x + y = 4 x 2 2x + 2y = 8 x – 2y = - 2 x 1 x – 2y = -2 3x = 6 x = 2 Jadi, penyelesaianya adalah x = 2 dan y = 2 b. Kerangka Berfikir Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini diperlukan evaluasi awal untuk mengetahui penyebab rendahnya keaktifan siswa dan observasi awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa. Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi, pendekatan, metode dan teknik pengajaran yang tepat dengan penerapannya kondisional yang mengacu pada perencanaaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya. Dalam penelitian setiap tindakan penelitian akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan didepan kelas. Dalam sekali tindakan biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi. Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian Masalah keaktifan siswa Perencanaan tindakan Tindakan PTK Penyelesaian masalah keaktifan siswa meningkat c. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka berfikir dapat dirumuskan sebagai berikut jika guru menerapkan improving learning dengan benar maka keaktifan siswa akan meningkat. J. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti. Metode penelitian ini lebih cenderung sebagai pertanggungjawaban mengenai metode-metode yang dipergunakan selama penelitian berlangsung dari awal sampai akhir. a. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Clasroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti dilingkungan sekolah. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika dan kepala sekolah. Pada tahap awal, anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini mendiskusikan dan menentukan tujuan penelitian, permasalahan penelitian dan rencana tindakan. b. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai implementasi improving learning sebagai usaha meningkatkan keaktifan belajar siswa di SMP Muhammadiyah I di Surakarta. Sekolah ini merupakan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang termasuk kategori “bagus”. Bukan merupakan sekolah “Unggulan”. Peneliti mengadakan penelitian ini dengan pertimbangan sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama . 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan peneliltian direncanakan pada semester gasal, bulan April sampai dengan Agustus 2007, secara terperinci sebagai berikut: Kegiatan penelitian Bulan pelaksanaan tahun 2007/2008 Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Tahap persiapan a. Kajian studi pustaka x x x b. Pembuatan desain penelitian x x x c. Perumusan rancangan penelitian x x x x x 2. Tahap Pelaksanaan a. Perencanaan x x x x b. Implementasi tindakan x x x x c. Pengamatan kelas x x d. Refleksi x x e. Analisis dan interprestasi data x x x f. Perumusan hasil x x x 3. Tahap Pelaporan a. Penyusunan laporan x x x x b. Penulisan laporan x x x x c. Revisi dan editing x x d. Penggandaan data x x e. Penyetoran laporan x x c. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah I di Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Dalam penelitian ini dipilih 5 kelas yaitu kelas VIIIB, VIIIC, VIIIE, VIIIF dan VIIIG. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini berdasarkan pada purposive sampling (sampel bertujuan), karena menurut guru tetap, siswa memiliki kemampuan akademik yang heterogen dan secara keseluruhan berkemampuan sedang. d. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan berbasis kelas kolaboratif. Suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan konteksual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di SMP. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika serta perolehan manfaat yang lebih baik. Kepala sekolah, guru matematika dan penelitian dilibatkan sejak dialog awal sampai evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: 1). Dialog awal 2). Perencanaan tindakan 3). Pelaksanaan tindakan 4). Observasi dan monitoring 5). Refleksi 6). Evaluasi. Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus perlakuan pembelajaran matematika diilustrasikan dalam siklus sebaga berikut: Dialog awal Perencanaan Evaluasi Tindakan I Observasi dan monitoring Refleksi Pengertian dan pemahaman Perencanaan terevisi Tindakan II Seterusnya dengan alokasi waktu harapan tindakan yang direncanakan Observasi dan monitoring Refleksi Evaluasi Pengertian dan pemahaman Pengertian dan pemahaman Gambar 3.1 Proses Penelitian Tindakan Sumber: Modifikasi sari Kemmis dan MC Taggart (Sutama, 2000: 92) 1). Dialog awal Dialog awal dilakukan peneliti, guru matematika dan kepala sekolah untuk melakukan pengenalan, penyatuan ide dan berdiskusi untuk membahas masalah yang muncul. Dari sini diketahui bahwa permasalahan mendasar tentang keaktifan siswa di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Surakarta adalah bahwa keberanian siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan serta keberanian untuk maju ke depan masih sangat kurang, walaupun sebanarnya mereka bisa. Salah satu faktornya adalah mereka takut jika jawaban yang diutarakan salah dan malu jika dianggap belum paham. Dalam dialog awal juga dibicarakan cara-cara peningkatan keaftivan siswa dalam pembelajaran matematika yang terfokus pada interaksi antara guru dan siswa. Peserta dialog juga membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan. Dari dialog ini disepakati penanganan masalah peningkatan keaktivan siswa dalam pembelajaran matematika yaitu melalui improving learning dengan teknik inquiry, tanya jawab. diskusi kelompok, LKS dan drill yang akan diterapkan pada masing-masing kelas. Selain membicarakan masalah dan alternatif penangananya, juga ditentukan materi ajar apa yang akan diberikan. Materi ajar yang dipilih yaitu tentang Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Dengan pertimbangan dalam SPLDV diperlukan adanya tingkat pemahaman yang berurutan. 2) Perencanaan Tindakan Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan tindakan terdiri dari: a. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika Setiap guru pasti menemui berbagai masalah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga akan lebih baik jika guru mengajukan masalah kemudian peneliti memberi bantuan. Hal ini yang dapat dilakukan peneliti adalah melihat guru dalam pembelajaran melakukan suatu kemudian memberi masukan. b. Identifkasi Masalah dan Penyebabnya Identifikasi ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan keaktivan siswa dalam belajar matematika melalui improving learning. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru-guru yang mengajar serta melakukan observasi kelas ketika pembelajaran. Dari identifikasi masalah ini, ditemukan permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu siswa malu dan takut salah ketika hendak menjawab pertanyaan atau maju ke depan kelas, siswa bersedia untuk aktif jika ditunjuk oleh guru dan siswa malas untuk mengerjakan soal latihan. Munculnya masalah keaktivan tersebut disebabkan karena siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran serta siswa kurang dibiasakan untuk bersikap aktif dalam belajar. c. Perencanaan Solusi Masalah Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah menerapkan improving learning dengan berbagai teknik, yaitu inquiry, tanya jawab, diskusi kelompok, LKS dan drill. 3) Pelaksanaan Tindakan Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana suatu tindakan yang diputuskan mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus bersifat tentatif dan sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah perbaikan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama dua minggu terbagi dalam tiga putaran. 4) Observasi dan Monitoring Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan peneliti, tingkah laku siswa serta kelemahan dan kelebihan yang ditemukan. 5) Refleksi Dalam pengambilan keputusan secara efektif perlu dilakukan refleksi yaitu merenungkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi. Mengapa segala sesuatu terjadi dan atau tidak terjadi pada observasi implementasi tindakan serta mencari solusi atau jalan alternatif lainnya yang perlu ditempuh pada perencanaan tindakan selanjutnya. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langsung lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika, tetapi secara informal dapat dilakukan dialog menangani masalah yang muncul. 6) Evaluasi Kegiatan ini sebagai proses pengumpulan data, mengolah data dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan dari bukti-bukti dari peningkatan keaktifan siswa belajar matematika yang terjadi setelah suatu tindakan. e. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan: 1. Metode Observasi Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sample untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas. 2. Metode Tes Suharsimi Arikunto (1998:139) menyatakan “Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Metode tes digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data untuk mengetahui siswa yang mau mengerjakan soal dan yang tidak mengerjakan soal. Bentuk tes berupa uraian, karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal. 3. Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran. 4. Metode Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas VII, serta foto rekaman proses tindakan penelitian. f. Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional Variabel i. Improving Learning Improving learning adalah pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa belajar. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan improving learning digunakan teknik inquiry. ii. Meningkatkan Pada penelitian ini yang dimaksudkan meningkatkan adalah usaha untuk menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi yang dapat diciptakan atau diusahakan melalui pelaksanaan belajar mengajar dikelas, khususnya pada pelajaran matematika guna meningkatkan keaktifan siswa. iii. Keaktifan Keaktifan yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa untuk bertanya, berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan soal pada waktu pembelajaran matematika. iv. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar mengajar matematika dikelas yang melibatkan siswa, guru, materi ajar matematika dan lingkungan belajar. Pada pembelajaran matematika siswa sebagai subyek sedangkan guru berfungsi sebagai pembimbing, pemotifasi dan pengelola kegiatan belajar. 2. Pengembangan Instrumen Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru matematika, dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi, menggunakan pedoman observasi Pedoman ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu: b. Observasi tindak mengajar, c. Observasi tindak belajar yang beraitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, d. Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum tercapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati. Dalam pengumpulan data digunakan beberapa instrumen sebagai berikut: b. catatan lapangan c. test d. observasi 3. Validitas Isi Instrumen Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 1998:178). Penelitian ini menggunakan triangulasi penyelidikan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau penguatan untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru matematika kelas VII dan kepala sekolah itu sendiri dapat membantu mengulangi kemenangan dalam pengumpulan data. K. Teknik Analisis Data Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran data dalam penelitian ini digunakan analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penadikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Menurut M. B. Miles (1992 : 20) proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam skema berikut: Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan Gambar 02 Proses Analisis Interaktif Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami, dilakukan secara bertahap adri kesimpulan sementara kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. L. Hasil Penelitian Dan Pembahasan a. Profil Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yang beralamatkan di jalan Flores No. 1 Pasar Kliwon Surakarta. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta berdiri pada tanggal 1 Agustus 1952. Dalam akreditasi sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintah pada tanggal 27 Maret 1985, SMP Muhammadiyah mendapatkan status disamakan dengan SK No.359/103/H.1985. Tahun 1990 mengajukan akreditasi yang kedua dan dapat mempertahankan status disamakan dengan SK No.4055/103/1990 hingga pada tahun 2005 sekolah tersebut telah terakreditasi dengan nilai A (amat baik). Bangunan gedung SMP Muhammadiyah 1 Surakarta berdiri di atas tanah seluas 1979 m dengan keadaan bangunan permanent dan berlantai tiga. Sudah tersedia fasilitas yang dapat menunjang sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ekstra kulikurer yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta diantaranya : MMA (Menulis dan Membaca Al Quran), PMR, Basket, KIR, Tari, Hisbul Wahton, Sepak bola Qosidah dan Band. Banyak sekali penghargaan dan piala yang diterimanya, beberapa prestasi yang telah diperoleh yaitu juara umum gerak jalan tingkat SMP/MTs Sekota Surakarta tahun 2006, juara umum Fortasi PD IRM Solo 2006 dan juara umum Fortasi PD IRM Solo 2007. b. Deskripsi Data Penelitian Berikut adalah diskripsi data penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Diskripsi data peningkatan keaktivan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan Improving Learning Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah menigkatkan keaktivan siswa. Hasil observasi pendahuluan yang letah dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Indikator yang digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan keaktivan siswa antara lain : keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan serta keaktivan siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. a) Tindakan kelas Putaran I Tindakan kelas putaran II dilaksanakan pada minggu pertama bulan November. Metode inquiry Metode inquiry diterapkan di kelas VIIIC, sesuai dengan hasil dialog awal materi yang digunakan adalah SPLDV dengan indikator pembelajaran yaitu menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV. Keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban atas pertanyaanya sendiri. Proses pembelajaran dimulai dengan merumuskan permasalahan yang akan diselesaikan yaitu mencari perbedaan PLDV dan SPLDV. Dari rumusan tersebut guru mengarahkan siswa untuk mencari jawabanya, yaitu dengan memberikan contoh-contoh PLDV dan SPLDV kemudian meminta siswa untuk mencari himpunan penyelesaianya dengan metode grafik. Dari proses tersebut siswa akan menemukan perbedaan PLDV dan SPLDV dari segi bentuk umum, banyaknya penyelesaian serta gambar grafiknya. Pada putaran I ini keaktivan siswa sudah mulai tampak, diantaranya siswa yang bertanya sebanyak 10 orang (25.64%), yang menjawab pertanyaan sebanyak 5 orang (12.82%), yang berani maju ke depan sebanyak 8 orang (20.51%), yang mengerjakan soal sebanyak 22 orang (56.41%) dan siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 11 orang (28.20%). Metode tanya jawab Metode tanya jawab diterapkan di kelas VIIIB, sesuai dengan hasil dialog awal materi yang digunakan adalah SPLDV dengan indikator pembelajaran yaitu menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV. Keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara memberikan lembar pertanyaan dan memberikan tugas mandiri. Pembelajaran dimulai dengan memberikan soal kemudian menjelaskan pada siswa cara menyelesaikanya. Setelah itu siswa diberi lembar pertanyaan yang berisi soal-soal dan diberi waktu untuk mengerjakanya. Dari soal-soal tersebut siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Pada akhir pembelajaran guru menyimpulkan perbedaan antara PLDV dan SPLDV dengan melibatkan siswa secara aktif. Setelah putaran pertama dilakukan, didapatkan data sebagai berikut : Siswa yang menjawab atau memberi tanggapan atas pertanyaan guru adalah sebesar 11 anak (29,7%), yang bertanya kepada guru tentang pelajaran ada 4 siswa (10,8%), mengerjakan soal-soal yang diberikan ada 89,2% (33 anak), sedangkan siswa yang mengerjakan soal didepan kelas sebanyak 4 orang (10,8%), siswa yang mengerjakan PR sebanyak 24 (64,86%), siswa yang tidak tuntas 10 (27,03%). Metode diskusi kelompok Metode diskusi kelompok diterapkan di kelas VIIIE, sesuai dengan hasil dialog awal materi yang digunakan adalah SPLDV dengan indikator pembelajaran yaitu menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV serta menyatakan suatu variabel dengan variabel yang lain. Keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara membentuk kelompok diskusi kemudian meminta tiap-tiap kelompo untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Pembelajaran dimulai dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari dilanjutkan dengan pembentukan kelompok diskusi, tiap kelompok terdiri dari lima orang. Diskusi berlangsung selama 10 menit, setelah itu lembar diskusi dikumpulkan dan dibahas bersama-sama. Ada dua kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dari presentasi tersebut muncul beberapa tanggapan dari siswa. Guru memberikan komentar terhadap hasil diskusi kemudian diperoleh kesimpulan dengan melibatkan siswa secara aktif. Dari putaran pertama ini diperoleh data yaitu siswa yang bertanya sebanyak 5 orang (14.28 %). Siswa yang berinteraksi dalam diskusi kelompk ada 19 orang (54.28 %) dan siswa yang memberikan gagasan atau pendapatnya sebanyak 7 orang (20 %). Siswa yang mengerjalan soal di buku tugas ada 24 orang (68.57 %), sis wa yang mencapai ketuntasan sebesar 42.82%. Metode Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Metode LKS diterapkan di kelas VIIIG, sesuai dengan hasil dialog awal materi yang digunakan adalah SPLDV dengan indikator pembelajaran yaitu menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV. Keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara memberikan lembar kegiatan yang berisi materi dan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Pembelajaran dimulai dengan membagikan LKS kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi yang disajikan. Guru membantu siswa yng mengalami kesulitan dalam memahami materi kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS. Guru bersama siswa membahas soal-soal tersebut kemudian membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa secara aktif. Pada putaran I ini keaktivan siswa sudah mulai tampak, diantaranya siswa yang bertanya sebanyak 4 orang (10%), yang menjawab pertanyaan sebanyak 3 orang (7.5%), yang berani maju ke depan sebanyak 7 orang (17.5%), yang mengerjakan soal dengan benar sebanyak 7 orang (17.5%) dan siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 7 orang (17.5%). Metode drill Metode drill diterapkan di kelas VIIIF, sesuai dengan hasil dialog awal materi yang digunakan adalah SPLDV dengan indikator pembelajaran yaitu menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV serta menyatakan suatu variabel dengan variabel yang lain. Keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara memberikan soal-soal latihan secara terkontrol dan mandiri. Pembelajaran dimulai dengan guru memberikan contoh soal kemudian dikerjakan dengan melibatkan siswa secara aktif. Setelah itu guru memberikan soal latihan terkontrol yang dalam mengerjakanya siswa mendapat bimbingan dari guru. Guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menuliskan jawabanya di depan kemudian membahasnya bersama-sama. Pada akhir pembelajaran guru memberi soal latihan mandiri yang dikerjakan oleh siswa tanpa bimbingan guru. Hasil dari tindakan I ini adalah Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan sebanyak 14 siswa (35,89 %), Ketrampilan siswa dalam mengerjakan soal latihan sekitar 13 siswa(33,33 %), Ketelitian siswa dalam menjawab soal latihan sekitar 9 siswa (23.08 %), Keaktifan bertanya ada 6 siswa ( 15.38 %), keaktifan dalam menjawab pertanyaan dari guru ada 11 siswa (28.21 %), mengerjakan soal latihan di depan kelas ada 4 siswa (10,26 %), mengerjakan soal latihan ada 13 siswa (33,33 %). Prestasi siswa dilihat dari ketuntasan belajar(Nilai ≥ 6) ada 22 siswa(90.45%). b. Tindakan kelas putaran II Tindakan kelas putaran II dilaksanakan pada minggu kedua bulan November. Secara keseluruhan dapat dikatakan pada putaran II ini keaktivan siswa mengalami peningkatan. Metode inquiry Pada putaran kedua ini indikator pembelajaranya yaitu menyelesaika SPLDV dengan metode substitusi. Untuk meningkatkan keaktian siswa dilakuakan dengan cara memancing siswa untuk menemukan langkah-langkah penyelesaian SPLDV dengan cara substitusi dengan kata-katanya sendiri. Pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh SPLDV kemudian menjelaskan pada siswa cara menyelesaikanya dengan metode substitusi. Dari contoh tersebut siswa diminta untuk membuat langkah-langkah menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi dengan kata-katanya sendiri. Setelah itu salah satu siswa diminta untuk mempreentasikan di depan dan guru menyempurnakan langkah-langkah yang telah dibuat oleh siswa. Pada putaran II ini terjadi peningkatan pada keaktivan siswa secara keseluruhan, siswa yang pada tindakan I tidak aktif pada tindakan II mulai aktif walaupun hanya sebatas menjawab pertanyaan. Siswa yang bertanya sebanyak 13 orang (34.21%), yang menjawab pertanyaan sebanyak 8 orang (21.05%), yang berani maju ke depan sebanyak 10 orang (26.31%), yang mengerjakan soal sebanyak 28 orang (73.68%) dan siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 18 orang (47.36%). Metode tanya jawab Pada putaran kedua ini indikator pembelajaranya adalah menyelesaika SPLDV dengan metode substitusi dan eliminasi. Untuk meningkatkan keaktian siswa dilakuakan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membantu siswa untuk memahami suatu konsep. Pembelajaran dimuali dengan memberikan contoh SPLDV kemudian diselesaikan menggunakan metode substitusi dengan melibatkan siswa secara aktif. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan pancingan mengenai istilah substitusi. Hal yang sama juga diterapkan dalam menjelaskan metode eliminasi. Keaktifan siswa pada putaran kedua sudah mulai meningkat. Adapun indikator peningkatannya adalah sebagai berikut: siswa yang menjawab atau memberi tanggapan atas pertanyaan guru adalah sebesar 15 anak (39,7%), yang bertanya kepada guru tentang pelajaran ada 11 siswa (28,2%), mengerjakan soal-soal yang diberikan ada 92,11% (35 anak), sedangkan siswa yang mengerjakan soal didepan kelas sebanyak 7 orang (18,42%), siswa yang mengerjakan PR sebanyak 31(81,68%), siswa yang tidak tuntas 7(18,42%). Metode diskusi kelompok Indikator pembelajaran pada putaran kedua ini adalah menyatakan akar dan bukan akar serta menyelesaikan SPLDV dengan metode grafik. Untuk meningkatkan keaktian siswa tetap dilakuakan dengan cara membentuk kelompok diskusi kemudian meminta tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya untuk dibahas bersama. Pembelajaran dimulai dengan membentuk kelompok seperti pada putaran I. Selama siswa berdiskusi, guru memberikan bimbingan kepada mereka yang mengalami kesulitan. Hasil diskusi dibahas dengan cara bertanya kepada beberapa kelompok, jika sudah diperoleh jawaban yang sama atau bahkan beraneka ragam, guru baru memberikan kesimpulan. Pada putaran dua ini siswa sudah bisa berinteraksi dalam kelompok dan siswa juga sudah berani bertanya kepad guru. Dari putaran kedua ini diperoleh data yaitu siswa yang bertanya sebanyak 9 orang (25 %). Siswa yang berinteraksi dalam diskusi kelompk ada 26 orang (72.22 %) dan siswa yang memberikan gagasan atau pendapatnya sebanyak 17 orang (47.22 %). Siswa yang mengerjalan soal di buku tugas ada 26 orang (72.22%), siswa tang mencapai ketuntasan sebesar 61.11%. Metode LKS Pada putaran II ini keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara memberikan lembar kegiatan yang berisi materi dan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri, seperti pada putaran I. Pembelajaran dimulai dengan membagikan LKS kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi yang disajikan. Guru membantu siswa yng mengalami kesulitan dalam memahami materi kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS. Guru bersama siswa membahas soal-soal tersebut kemudian membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa secara aktif. Pada putaran II ini terjadi peningkatan aktivitas siswa secara keseluruhan, diantaranya siswa yang bertanya sebanyak 8 orang (20%), yang menjawab pertanyaan sebanyak 8 orang (10%), yang memenuhi batas ketuntasan sebanyak 19 orang (47.5%), yang mengerjakan soal sebanyak 31 orang (77.5%) dan siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 19 orang (47.5%). Metode drill Pada putaran kedua ini indikator pembelajaranya yaitu menyelesaika SPLDV dengan metode substitusi. Untuk meningkatkan keaktian siswa dilakuakan dengan cara memberikan soal-soal latihan secara terkontrol dan mandiri. Pembelajaran dimulai dengan membahas tugas yang diberikan pada putaran I dengan cara meminta salah satu siswa untuk menuliskan di papan tulis kemudian dibahas bersama oleh guru dan para siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan materi kemudian memberi contoh soal dan diselesaikan dengan melibatkan siswa secara aktif. Setelah itu guru memberikan soal latihan terkontrol yang dalam mengerjakanya siswa mendapat bimbingan dari guru. Guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menuliskan jawabanya di depan kemudian membahasnya bersama-sama. Pada akhir pembelajaran guru memberi soal latihan mandiri yang dikerjakan oleh siswa tanpa bimbingan guru. Pada putaran II ini terjadi peningkatan pada keaktivan siswa secara keseluruhan. Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan menjadi 21 siswa (53.84 %), Ketrampilan siswa dalam mengerjakan soal latihan sekitar 19 siswa(48.72 %), Ketelitian siswa dalam menjawab soal latihan sekitar 13 siswa (33.33 %), Keaktifan bertanya ada 11 siswa ( 28.21 %), keaktifan dalam menjawab pertanyaan dari guru ada 13 siswa (33.33 %), mengerjakan soal latihan di depan kelas ada 6 siswa (15.38 %), mengerjakan soal-soal latihan ada 21 siswa ( 53.85%). Prestasi siswa dilihat dari ketuntasan belajar(Nilai ≥ 6) ada 30 siswa (81.08 %) yang mendapat nilai ≥ 6 . c. Tindakan Kelas Putaran III Tindakan kelas putaran III dilaksanakan pada minggu kedua bulan November. Secara keseluruhan dapat dikatakan pada putaran III ini keaktivan dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Metode inquiry Pada putaran III ini indikator pembelajaranya yaitu menyelesaika SPLDV dengan metode eliminasi. Untuk meningkatkan keaktian siswa dilakuakan dengan cara memancing siswa untuk menemukan langkah-langkah penyelesaian SPLDV dengan cara eliminasi dengan kata-katanya sendiri. Pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh SPLDV kemudian menjelaskan pada siswa cara menyelesaikanya dengan metode eliminasi. Dari contoh tersebut siswa diminta untuk membuat langkah-langkah menyelesaikan SPLDV menggunakan metode eliminasi dengan kata-katanya sendiri. Setelah itu salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan di depan dan bersama siswa guru menyempurnakan langkah-langkah yang telah dibuat oleh siswa. Setelah dilakukan tindakan yang ketiga ini peningkatan keaktivan yang terjadi pada siswa cukup memuaskan. Data keaktivan yang diperoleh yaitu, siswa yang bertanya sebanyak 14 anak (36.84%), yang menjawab pertanyaan sebanyak 24 anak (63.15%), yang berani maju sebanyak 15 anak (39.47%), yang mengerjakan soal sebanyak 36 anak (94.73%) dan siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 28 orang (73.68%). Metode tanya jawab Pada putaran III ini strategi yang digunakan untuk meningkatkan keaktivan siswa berbeda dengan putaran-putaran sebelumnya. Sebelum pembelajaran siswa diminta untuk menyiapkan 10 pertanyaan mengenai SPLDV. Pemebelajaran dimulai dengan mencari satu nama dengan cara undian, selanjutnya nama tersebut diminta untuk menuliskan pertanyaanya di papan tulis. Guru mencari satu nama lagi, selanjutnya nama tersebut diminta untuk menjawab pertanyaan dari temanya. Dengan cara sepert ini siswa tampak lebih antusias dalam mengikuti pelajaran serta keaktivan mereka lebi bagus dibandingkan putaran sebelumnya. Pada putaran ke-3 (putaran terakhir) diperoleh hasil sebagai berikut, siswa yang menjawab atau memberi tanggapan atas pertanyaan guru adalah sebesar 18 anak (47,36%), yang bertanya kepada guru tentang pelajaran ada 16 siswa (42,1%), mengerjakan soal-soal yang diberikan ada 35 anak(92,11%), sedangkan siswa yang mengerjakan soal didepan kelas sebanyak 10 orang (36,8%), siswa yang mengerjakan PR sebanyak 35 anak (92,11%), siswa yang tidak tuntas 3 anak (7,89%). Metode diskusi kelompok Indikator pembelajaran pada putaran kedua ini adalah menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi dan eliminasi. Untuk meningkatkan keaktian siswa tetap dilakuakan dengan cara membentuk kelompok diskusi kemudian meminta tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya untuk dibahas bersama. Pembelajaran dimulai dengan membentuk kelompok seperti pada putaran I dan II. Selama siswa berdiskusi, guru memberikan bimbingan kepada mereka yang mengalami kesulitan. Hasil diskusi dibahas dengan cara bertanya kepada beberapa kelompok, jika sudah diperoleh jawaban yang sama atau bahkan beraneka ragam, guru baru memberikan kesimpulan. Dari putaran ketiga ini diperoleh data yaitu siswa yang bertanya sebanyak 16 orang (41.03 %). Siswa yang berinteraksi dalam diskusi kelompk ada 33 orang (84.62 %) dan siswa yang memberikan gagasan atau pendapatnya sebanyak 23 orang (58.97 %). Siswa yang mengerjalan soal di buku tugas ada 30 orang (76.92 %), siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 66.67%. Metode LKS Pada putaran III ini keaktifan siswa ditingkatkan dengan cara memberikan lembar kegiatan yang berisi materi dan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri, seperti pada putaran-putaran sebelumnya. Pembelajaran dimulai dengan membagikan LKS kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi yang disajikan. Guru membantu siswa yng mengalami kesulitan dalam memahami materi kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS. Guru bersama siswa membahas soal-soal tersebut kemudian membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa secara aktif. Setelah dilakukan tindakan yang ketiga ini peningkatan keaktivan yang terjadi pada siswa cukup memuaskan. Data keaktivan yang diperoleh yaitu, siswa yang bertanya sebanyak 10 anak (25%), yang menjawab pertanyaan sebanyak 15 anak (37.5%), yang memenuhi batas ketuntasan sebanyak 25 (62.5%), yang mengerjakan soal sebanyak 36 anak (90%) siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 25 orang (63.5%). Metode drill Pada putaran III ini indikator pembelajaranya yaitu menyelesaika SPLDV dengan metode eliminasi. Untuk meningkatkan keaktian siswa dilakuakan dengan cara memberikan soal-soal latihan secara terkontrol dan mandiri. Pembelajaran dimulai dengan membahas tugas yang diberikan pada putaran I dengan cara meminta salah satu siswa untuk menuliskan di papan tulis kemudian dibahas bersama oleh guru dan para siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan materi kemudian memberi contoh soal dan diselesaikan dengan melibatkan siswa secara aktif. Setelah itu guru memberikan soal latihan terkontrol yang dalam mengerjakanya siswa mendapat bimbingan dari guru. Guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menuliskan jawabanya di depan kemudian membahasnya bersama-sama. Seperti pada tindakan I dan II guru juga memberi soal latihan mandiri yang dikerjakan oleh siswa tanpa bimbingan dari guru. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan rangkuman dengan melibatkan siswa secara aktif, siswapun ikut dalam pembuatan rangkuman dikarenakan sebagian besar siswa sudah paham tentang materi yang telah dipelajarinya. Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan sebanyak 31 siswa (79.87 %), Ketrampilan siswa dalam mengerjakan soal latihan sekitar 27 siswa(69.23 %), Ketelitian siswa dalam menjawab soal latihan sekitar 19 siswa (48.72 %), Keaktifan bertanya ada 19 siswa ( 48.72 %), keaktifan dalam menjawab pertanyaan dari guru ada 21 siswa (53.85 %), mengerjakan soal latihan di depan kelas ada 9 siswa (23.08 %), mengerjakan soal-soal latihan ada 37 siswa ( 94.87 %). Prestasi siswa dilihat dari ketuntasan belajar (Nilai ≥ 6) ada 35 siswa (92.11 %) yang mendapat nilai ≥ 6 . Dari tindakan I, II dan III diperoleh data keaktivan bertanya. Pada putaran I yang menggunakan metode inquiri sebanyak 25.64%, metode tanya jawab sebanyak 10.8%, metode diskusi kelompok sebanyak 14.28%, metode LKS sebanyak 10% dan metode drill sebanyak 15%. Pada putaran II yang menggunakan metode inquiri sebanyak 34.21%, metode tanya jawab sebanyak 28.2%, metode diskusi kelompok sebanyak 25%, metode LKS sebanyak 20% dan metode drill sebanyak 28.21%. Pada putaran III yang menggunakan metode inquiri sebanyak 36.84%, metode tanya jawab sebanyak 42.1%, metode diskusi kelompok sebanyak 41.03%, metode LKS sebanyak 25% dan metode drill sebanyak 48.72%. Data keaktivan dalam memberi tanggapan atau menjawab pertanyaan dari guru adalah sebagai berikut : Pada putaran I yang menggunakan metode inquiri sebanyak 12.82%, metode tanya jawab sebanyak 29.7%, metode diskusi kelompok sebanyak 20%, metode LKS sebanyak 7.5% dan metode drill sebanyak 28.21%. Pada putaran II yang menggunakan metode inquiri sebanyak 21.05%, metode tanya jawab sebanyak 39.7%, metode diskusi kelompok sebanyak 47.22%, metode LKS sebanyak 10% dan metode drill sebanyak 33.33%. Pada putaran III yang menggunakan metode inquiri sebanyak 63.15%, metode tanya jawab sebanyak 47.36%, metode diskusi kelompok sebanyak 58.97%, metode LKS sebanyak 37.5% dan metode drill sebanyak 53.85%. Data keaktivan dalam mengerjakan soal-soal adalah sebagai berikut : Pada putaran I yang menggunakan metode inquiri sebanyak 56.41%, metode tanya jawab sebanyak 89.2%, metode diskusi kelompok sebanyak 68.57%, metode LKS sebanyak 17.5% dan metode drill sebanyak 33.33%. Pada putaran II yang menggunakan metode inquiri sebanyak 73.68%, metode tanya jawab sebanyak 92.11%, metode diskusi kelompok sebanyak 72.22%, metode LKS sebanyak 77.5% dan metode drill sebanyak 53.85%. Pada putaran III yang menggunakan metode inquiri sebanyak 94.73%, metode tanya jawab sebanyak 89.2%, metode diskusi kelompok sebanyak 76.92%, metode LKS sebanyak 90% dan metode drill sebanyak 94.87%. Selain itu juga diperoleh data prestasi siswa dalam belajar yang dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai nilai ketuntasan yaitu pada putaran I yang menggunakan metode inquiri sebanyak 28.20%, metode tanya jawab sebanyak 73.07%, metode diskusi kelompok sebanyak 42.85%, metode LKS sebanyak 17.5% dan metode drill sebanyak 90.45%. putaran II yang menggunakan metode inquiri sebanyak 47.36%, metode tanya jawab sebanyak 82.58%, metode diskusi kelompok sebanyak 61.11%, metode LKS sebanyak 47.5% dan metode drill sebanyak 81.08%. putaran III yang menggunakan metode inquiri sebanyak 73.68%, metode tanya jawab sebanyak 93.11%, metode diskusi kelompok sebanyak 66.67%, metode LKS sebanyak 62.5% dan metode drill sebanyak 92.11%. Grafik peningkatan keaktivan dan prestasi siswa dalam belajar dengan metode inquiry Grafik peningkatan keaktivan dan prestasi siswa dalam belajar dengan metode tanya jawab Grafik peningkatan keaktivan dan prestasi siswa dalam belajar dengan metode diskusi kelompok Grafik peningkatan keaktivan dan prestasi siswa dalam belajar dengan metode LKS Grafik peningkatan keaktivan dan prestasi siswa dalam belajar dengan metode drill c. Pembahasan Pembahasan berisi tentang urutan dan penjelasan mengenai hasil-hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal-hal yang dibahas dalam pembahasan adalah sesuatu yang terkait dengan masalah penelitian. Permasalahan I : Apakah dengan implementasi improving learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika ? Penerapan improving learning dalam pembelajaran matematika mampu meningkatkan keaktivan siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan keaktivan yang terjadi pada semua metode yang diterapkan. Aspek keaktivan yang dikembangkan merupaka aspek-aspek yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan. Secara umum aspek yang ditingkatkan dalam penelitian ini adalah keaktivan bertanya, menjawab pertanyaan serta keaktivan dalam mengerjakan latihan soal. Permasalahan II : Apakah dengan implementasi improving learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika? Penerapan improving learning dalam pembelajaran matematika juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada semua metode yang telah diterapkan. M. Biaya Penelitian Sesuai dengan alokasi dana yang disediakan PHK jurusan Pendidikan matematika N. Personalia peneliti Ketua Peneliti : Nama Lengkap : Drs. Sumardi, M.Si NIP : 131283257 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta Bidang Ahli : Pendidikan Matematika Anggota Penelitian : 1. Nama Lengkap : Dra. N. Setyaningsih, M.Si NIP : Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta Bidang Ahli : Pendidikan Matematika 2. Nama Lengkap : Agus Budi Hartono, S. Pd NIP : 131783432 Jabatan Fungsional : Guru Matematika Bidang Ahli : Pendidikan Matematika Sekolah : SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 3. Nama Lengkap : H. Pardiman Warid Nip : 130907310 Jabatan Fungsional : Guru Matematika Bidang Ahli : Pendidikan Matematika Sekolah : SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 4. Nama Lengkap : Hema Nur Farida NIM : A410040139 Status : Mahasiswa Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta 5. Nama Lengkap : Multi Yulia Sari NIM : A410040111 Status : Mahasiswa Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta 6. Nama Lengkap : Yunia Rahmawati Latifah NIM : A410040029 Status : Mahasiswa Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta 7. Nama Lengkap : Nina Ariesta NIM : A410040128 Status : Mahasiswa Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta 8. Nama Lengkap : Priono NIM : A410040138 Status : Mahasiswa Fak/ Jur : KIP/P.Matematika Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta DAFTAR PUSTAKA Andiyani. 2005. Eksperimentasi Pengajaran Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Diskusi Kelompok Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang, Skripsi. Surakarta:UMS (tidak diterbitkan). Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Bulatau, J.2001. Teknik Diskusi Berkelompok. Yogjakta: Kanisius. Derek, Glover. 2005. Improving Laearning Professional Praktise in Secondary Schools. Jakarta: PT. Grasindo. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Eti Rohaeti, Euis. 2004. Pembelajaran Dengan Metode Improve Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP. http:llpps.upy.edu/org/abstrakthesis/abstrakmat/abstrakmat 04.html. Ernawati, Rias. 2006. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Metode Discovery Melalui Media Gambar, Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan). Haryanti, Danik. 2005. Upaya Peningkatan Aktifitas Siswa Melalui Pendidikan Pemecahan Masalah, Skripsi. Surakarta:UMS (tidak diterbitkan). Hartati, Sri. 2005. Usaha Peningkatan Pemahaman Fakta, Konsep, Prinsip Dan Skill Matematika Melalui Inquiry Appproach. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan) Hasibuan, JJ dkk.1994. Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro. Bandung:Remaja Rosdakarya. Hasibuan, JJ dan Moejiono.2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Herman, Hudoyo. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya Di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. http://Upik.jogja.go.id/news http://www.ayub.net/mjlh-isi.php?news http://id.wikipedia.org/wiki/ http://www.ialf.edu/bipa/jan2003/efektivitaspengajaranmenulis.html http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pro=113&iduser=5 http://www.dunia guru.com/index.php http://klinikpembelajaran.com//layanan_01.html. http://www.depdiknas.go.id/jurnal%40/pembelajaran%20matematika%menurut%teori%belajar%konstruktivisme.html http://www.isbogor.org/PYP http://id.wikibooks.org/wiki/Fisika_itu_mudah/Pendekatan http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=81 Indriyani, Anita Fitri. Upaya Peningkatan Kemampuan Sisiwa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Metode Diskusi Kelompok Kecil , Skripsi. Surakarta :UMS (tidak diterbitkan). Jogianto.2006. Fiosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus Untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi Offset. Jurnal pendidikan dan kebudayaan. 2006.Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Dalam Mata Pelajaran IPA Di SD Dengan Diskuisi Kelomok. <http://www.depdiknas.go.id/jurnal/60/editorial%20j60.htm> Law, Glover. 2005. Improving Learning, Jakarta: Grasindo. Majid, Abdul,2005; Perencanaan Pembelajaran engembangkan Standard Kompetensi Guru.Bandung Remaja Rosdakarya Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: UI-Press. Moleong, Lexy. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyani, Tri. 2000. Strategi Pembelajaran (Learning Dan Teaching Strategy) Yogjakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan Luar Biasa UNY. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya. National Centre. 2006. Improving Learning In Mathematic. (http://www.ncetm.org.uk/Default.aspx?page=13&module=res&mode=100&resid=1442) Prasetyowati, Dessy. 2006. Eksperimentasi Pembelajaran Aktif pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa, Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan). Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2004 Mozaik Teknoligi Pemdidikan. Jakarta:Perdana Media. Purwaningsih, Nita (2000) Upaya Peningkatan efektifitas Belajar Matematika Pada siswa kelas II SMPLB Tuna Rungu YRTRW Surakarta dengan menggunakan Alat Peraga dan Media pada Pokok Bahasan Geometri Skripsi, Surakarta: UMS (Tidak Diterbitkan). Retnowati, Budi Sholikah. 2006. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Inquiry Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa. Skripsi, Surakarta: UMS (Tidak Diterbitkan). Roestiah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Rusyan, Tabrani, dkk. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Perss. Sriyono, dkk. 1992.Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta, Rineka Cipta. Subandriyo, B. 2006. Studi Tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa. Tesis. Surakarta: UNS Sukardi, 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan.Yogyakarta: Usaha Keluarga Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sularmi. 2006. Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri. Tesis. Surakarta: UNS. Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Sutama. 2000. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembenahan Gaya Mengajar Guru di SLTP Negeri 18 Surakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UMY (tidak dipublikasikan). Sutamti. 2004. Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Teknik Guru Mengajar Dan Keberanian Siswa Mengerjakan Soal-Soal Didepan Kelas, Skripsi, Surakarta : UMS (tidak diterbitkan) Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Jakarta: Pustaka Yustisia. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Utaminingsih, Dian. 2007. Implementasi Improving Learning Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Usulan Penelitian. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan). Uzer Usman, Muh dan Lilis Setyawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya Wahyuningsih. 2004. Penerapan Pendekatan Active Learning pada Pokok Bahasan Teorema Phytagoras, Skripsi. Surakata: UMS (tidak diterbitkan). Widyastuti ,Wahyu (2003).Eksperimentasi Pengajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Melalui Tanya Jawab Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras ditinjau Dari Aktifitas Belajar. Skripsi, Surakarta : UMS (tidak diterbitkan) Winarni. 2006. Peran Dosen Sebagai Pengintegrasi Pengembangan Sains Dan Moral.<http://www.uny.ac.id/home/artikel.php?m=&i=3&k=32>(diakses tanggal 26 Juni 2007 pukul 14.00) Wiriaatmadja, Rhoiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis. 2005. Srategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Perss. Derek, Glover. 2005. Improving Laearning Professional Praktise in Secondary Schools. Jakarta: PT. Grasindo. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Prasetyowati, Dessy. 2006. Eksperimentasi Pembelajaran Aktif pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa, Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan). Yamin, Martinis. 2005. Srategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Perss. Zelko, Harold P.1984. Teknik Diskusi dan Rapat Modern. Jakarta: Gunung Jati _______. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Perss. ______________. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Tidak ada komentar: